METODE
FILSAFAT
Dalam buku Filsafat Umum tulisan Asmoro Achmadi
edisi revisi tahun 2016, metode dalam dalam bidang filsafat dibagi kepada 3
metode, yaitu:
1)
Metode kritis
Adalah metode
yang menganalisis istilah dan pendapat dengan mengajukan pertanyaan secara
terus-menerus sampai hakikat yang ditanyakan.
Metode
kritis disebut juga metode dialektik. Dipergunakan oleh Socrates dan Plato. Socrates menganalisis objek-objek filsafatnya secara
kritis dan dialektis. Berusaha menemukan jawaban yang mendasarkan tentang objek
analisanya dengan pemeriksaan yang amat teliti dan terus-menerus. Ia menempatkan
dirinya sebagai intelektual mid wife, yaitu orang yang memberi dorongan agar
seseorang bisa melahirkan pengetahuannya yang tertimbun oleh pengetahuan
semunya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap orang tahu akan hakekat. Jadi
Socrates menolong orang untuk melahirkan pengetahuan hakekat tersebut dengan
jalan mengajak dialog yang dilakukan secara cermat. Dialog ini dilakukan dengan
menarik, penuh humor, segar dan sederhana. Socrates mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan terarah. Lawan dialog giring kearah
persoalan, makin lama makin mendalam kearah intinya.
Lewat proses ini orang didorong untuk melahirkan
pengetahuan yang dimiliki. Diteliti konsistensinya, dijernihkan
keyakinan-keyakinannya, dibuka kesadarannya sehingga orang memahami keadaan
dirinya. Entah dia memiliki pengetahuan yang sebenarnya atau dia kurang tahu. Socrates dalam hal ini bertindak sebagai bidan
penolong sebuah proses kelahiran. Ia sebagai lawan dialog yang kritis dan
menyenangkan, mengantar orang untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang ada.
Kemudian secara sitematis menyusun dalam suatu batasan pengertian yang
mengandung nilai filosofis.
2)
Metode intuitif
Adalah metode dengan melakukan instropeksi intuitif dengan memakai
simbol-simbol. Filsuf yang mengembangkan pemikiran dengan metode ini adalah
Platinos (205-275 M) dan Henri Bergson (1859-1941). Platinos menggunakan metode
intuitif atau mistik dengan membentuk kelompok yang melakukan kontemplasi
religious yang dijiwai oleh sikap kontemplatif. tujuan
Platinos dengan filsafatnya adalah ingin membawa manusia kedalam hidup mistis,
hidup yang mempertinggi nilai rohani dan persatuan dengan Yang Maha Esa.
Tokoh lain dalam metode intuitif adalah Henry Bergson,
seorang filsuf Yahudi, dia juga seorang matematikus dan fisikawan.
Menurut Henry Bergson, rasio tidak akan mampu untuk
menyelami hakekat sesuatu. Rasio hanya berguna bagi pemikkiran ilmu fisika,
matematika, dan mekanika.
Untuk bisa menangkap, memahami hakekat suatu kenyataan
kita harus mempergunakan intuisi. Intuisi menurut Henry Bergson adalah kekuatan
rohani, merupakan naluri yang mendapatkan kesadaran diri.
Intuisi adalah percakapan untuk menyimpulkan dan
meninjau dengan sadar lepas dari rasio. Pemikiran intuisi bersifat dinamis dan
berfungsi untuk mengenal hakekat pribadi
dan seluruh kenyataan. Objek bisa dikenal sebagai masa murni yang keadaannya
berbeda sekali dengan waktu dimana akal bisa mengenalnya.
3)
Metode analisis abstraksi
Adalah metode
dengan jalan memisah-misahkan atau menganalisis di dalam angan-angan (di dalam
pikiran hingga sampai pada hakikat (ditemukan jawaban). Abstraksi ini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
rasio. Esensi adalah sesuatu yang bersifat konseptual, dan karenanya dapat
diketahui dengan menggunakan akal.Proses abstraksi ini merupakan proses
penyerapan sisi-sisi ideal dan abstrak dari sesuatu yang konkrit dan material.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmadi, Asmoro. 2016. Filsafat Umum. Jakarta: RajaGrafindo Persada.