Kamis, 23 Maret 2017

BIOGRAFI HERACLITOS



HERACLITOS

Heraclitos lahir di Efesus, kira-kira pada tahun 540 SM. Ia sering pula dijuluki sebagai “si gelap” akibat karakternya, di mana ia begitu mengagungkan keningratannya dan sering mengasingkan diri dari publik. Ia sebenarnya mewariskan pada kita ribuan fragmen. Banyak dari fragmen-fragmennya itu bisa sampai pada kita saat ini berkat kerja keras dua Bapak Gereja yakni Clement dari Alexandria yang melihat Herakleitos sebagai nabi pagan dan Hippolytus dari Roma yang menganggapnya sebagai ayah spiritual dari Monarki Noetus yang bid’ah (Barnes, 1982). Ini mengakibatkan banyak sarjana yang membaca fragment-fragment Herakleitos dengan hati-hati dan berusaha untuk melepaskan teks-teks itu dari pengaruh pandangan Kristen Awal dan juga aliran filsafat Stoa.
Heraclitos bahkan mungkin pernah menulis buku karena ada sebuah anekdot dari Diogenes Laertius yang bercerita bahwa setelah Euripidies menyerahkan sebuah kopian buku Herakleitus pada Socrates dan bertanya tentang pandangan Sokrates atas buku itu, Sokrates menjawab: “apa yang saya pahami ini sangat bagus; dan apa yang saya tak mengerti pun sangat bagus juga. Tetapi dibutuhkan seorang penyelam Delian untuk mendapatkan dasar makna tulisan ini”. Fragmen ini menggambarkan bagaimana tulisan Heraclitos (maka juga pemikirannya) sulit dipahami, bahkan oleh Sokrates sekalipun.


 Pemikiran Heraclitos

1)           Segala Sesuatu Mengalir

Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan di alam semesta. Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap."

2)           Logos

Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan teratur karena adanya logos. Pandangan tentang logos di sini tidak boleh disamakan begitu saja dengan konsep logos pada mazhab Stoa. Logos adalah rasio yang menjadi hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia Logos juga dipahami sebagai sesuatu yang material, namun sekaligus melampaui materi yang biasa. Hal ini disebabkan pada masa itu, belum ada filsuf yang mampu memisahkan antara yang rohani dan yang materi.

3)           Segala Sesuatu Berlawanan

Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun demikian, di dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa 'yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu. Anaximines juga memiliki pandangan seperti ini, namun perbedaan dengan Herakleitos adalah Anaximenes mengatakan pertentangan tersebut sebagai ketidakadilan, sedangkan Herakleitos menyatakan bahwa pertentangan yang ada adalah prinsip keadilan. Kita tidak akan bisa mengenal apa itu 'siang' tanpa kita mengetahui apa itu 'malam'. Kita tidak akan mengetahui apa itu 'kehidupan' tanpa adanya realitas 'kematian'. Kesehatan juga dihargai karena ada penyakit. Demikianlah dari hubungan pertentangan seperti ini, segala sesuatu terjadi dan tersusun. Herakleitos menegaskan prinsip ini di dalam kalimat yang terkenal: "Perang adalah bapak segala sesuatu." Perang yang dimaksud di sini adalah pertentangan.

EMPAT JENIS PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter dalam satuan pendidikan meliputi pembelajaran di kelas, kegiatan sehari-hari di sekolah (kultur sekolah), dan kegiatan...