Wednesday 4 May 2016

MAKNA KATA



MAKNA KATA

Pengertian Makna Kata
                Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. Pada waktu orang berteriak ‘’Maling’’ timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa ‘’ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang milik orang lain’’. Jadi bentuk atau ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan orang tadi, sedangkan makna atau isi adalah ‘’reaksi yang timbul pada orang yang mendengar’’.
Reaksi yang timbul itu dapat berwujud ‘’pengertian’’ atau ‘’tindakan’’ atau kedua-duanya . Karena dalam nerkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan ‘’kata’’, tetapi dengan suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat, maka ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu: pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Pengertain merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu. Perasaan lebih mengarah kepada sikap pembicara terhadap apa yang dikatakannya, bertalian dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pembicara atau penulis. Nada  mencakup sikap pembicara atau penulis  kepada pendengar atau pembacanya. Pembaca atau pendengar yang berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara menyampaikan amanat itu. Relasi antara pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca akan melahirkan nada suatu ujaran. Sedangkan tujuan yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis. Memahami semua hal itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari seluruh usaha untuk memahami makna dalam komunikasi.   Bahwa makna adalah pertalian antara bentuk dan referen. Ketika seorang ditanyai apa arti kata nares ia menjawab ‘’ Tidak tahu!’’ Padanya diberi atau ditunjuk sejumlah barang (referen): hidung, matahari, gunung, dan telinga. Ia tidak tahu artinya  tidak lain daripada bahwa ‘’ia tidak sanggup menunjukkan hubungan antara nares dengan salah satu dari barang-barang itu.’’  Untuk membantunya mengetahui makna kata itu, kita menunjukkan kepadanya salah satu dari keempat barang yang digambarkan yaitu barang no 1. Nah, sekarang ‘’ia mengetahui makna kata itu’’, yaitu nares berarti ‘’hidung’’ dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seorang yang mengetahui sebuah referen (barangnya) tetapi tidak tahu bagaimana mengacunya, ia tidak tahu katanya. Tetapi kebalikannya juga benar, kalau ia mengetahui katanya (bentuk), tetapi tidak tahu referennya bererti ia tidak mengetahui maknyanya juga, yaitu tidak mengetahui hubungan antara bentuk dan referennya. Mengetahui sebuah kata haruslah mengetahui kedua aspeknya: bentuk (kata) dan  referennya.

Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi
 Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti: makna denotasioal, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna profisisional. Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk ( denote ) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat diserap pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang dicu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.
 Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan unutuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya; ia tidak menginginkan interpretasi tambahan dari tiap pembaca, dan tidak akan membiarkan interpretasi itu dengan memilih kata-kata yang konotattif. Sebab itu untuk menghindari interpretasi yang mungkin timbul, penulis akan berusaha memilih kata dan konteks yang relatif bebas interpretasi.
Contoh :
Rumah itu luasnya 250 meter persegi (denotatif)
Ada seribu oarng yang menghadiri pertemuan itu (denotatif)
Karena setiap kata memiliki denotasi, maka penulis harus mempersoalkan apakah kata yang dipilinya sudah tepat. Ketepatan pilihan kata itu tampak dari kesanggupannya untuk menuntun pembaca kepada gagasan yang ingin disampaikan, yang tidak memungkinkan interpretasi lain selain dari sikap pembicara dan gagasan-gagasan yang akan itu.
Makna  konotatif
     Konotatif atau makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju - tidak setuju, senang – tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.
Konotasi adalah masalah yang jauh lebih erat bila dibandingkan dengan memilih denotasi. Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat konotatif.  Bila sebuah kata mengndung konotasi yang salah, misalnya kurus-kering untuk menggantikan kata ramping adalah dalam sebuah konteks yang saling melengkapi, maka kesalahan semacam itu mudah diketahui dan diperbaiki. Sangat sulit adalah perbedaan makna antara kata-kata yang bersinonim, tetapi mugkin mempunyai perbedaan arti besar dalam konteks tertentu.
Sering sinonim dianggap berbeda hanya dalam konotasinya. Kenyataannya tidak selalu demikian. Ada sinonim-sinonim yang memang hanya mempunyai makna denotatif, tetapi ada juga sinonim yang mempunyai makna konotatif. Misalnya kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, berpulang memiliki denotasi yang sama yaitu ‘’peristiwa dimana jiwa seseorang telah meninggal badannya’’. Namun kata meninggal, wafat, berpulang mempunyai konotasi tertentu, yaitu mengndung nilai kesopanan atau dianggap lebih sopan, sedangkan magkat mempunyai konotasi lain yitu mengndung nilai ‘’kebesaran’’, dan gugur mengndung nilai keagungan dan keluhuran. Sebaliknya kata persekot, uang muka, atau panjar hanya mengndung makna denotatif.
Konotasi pada dasarnya timbul karena masalah hubungan sosial atau hubungan interpersonal, yang mempertalikan kita dengan orang lain. Sebab itu, bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya. Ada beberapa cara yang memperlihatkan bahwa bahasa bukan semata-mata menjadi alat untuk menyampaikan informasi aktual.
a.        Kita tidak hanya membuat pernyataan (proposisi), tetapi juga mengajukan pertanyaan dan memberi perintah. Contoh: Namamu siapa?, Tolong ambil buku itu !
b.       Ada bermacam-macam kegiatan bicara, yang berusaha meyakinkan, membujuk, mengingatkan orang lain; kita mempergunakan bahsa untuk mempengaruhi orang lain dengan bermacam-macam cara. Contoh: Saya berjanji akan datang esok, Pasti saya akan kesini besok.
c.          Banyak hal yang kita katakan sebenarnya bukan menyangkut fakta tetapi menyangkut evaluasi, sehingga dapat mempengaruhi sikap orang. Ada kata yang memantulkan nilai rasa  menyenangkan dan ada kata yang memantulakan nilai rasa tidak menyenangkan. Contoh: berani – pengecut, baik – kejam.
d.          Bahasa sering bertalian dengan macam-macam relasi sosial. Ada kata yang dianggap kasar dan ada kata yang dianggap sopan. Contoh: Diam !, Minta tenang sedikit !.
e.        Sering kali terjadi bahwa apa yang dikatakan bermakna lain sekali dari makna yang tersirat dalam rangkaian kata yang dipergunakan. Dalam hal ini peranan intonasi dapat mengubah makna sebuah kalimat. Contoh: Anda memang sangat pintar!, Dia seorang gadis cantik!, yang sebenarnya dimaksudkan adalah Anda sangat tolol!, Dia seorang gadis jelek!.
f.       Sering kali kita tidak menghadapi suatu pernyataan tetati suatu pengandaian, yaitu mengandaikan bahwa seseatu itu ada atau terjadi. Contoh: Seandainya ayah ada disini, kita akan sama-sama berlibur ke Puncak. Dalam kenyataan memang ayah tidak ada, sebab itu  kalimat diatas juga tidak mengandung makna seperti yang tersirat dalam rangkaian kata-kata itu.
Semua faktor sebagai disebutkan diatas akhirnya memberikan pengaruh dalam pergeseran makna kata, memberikan nilai-nilai tambahan pada makna dasar yang dimiliki sebuah kata.

Makna Umum dan Khusus
Makna umum dipahami sebagai kata yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat pemakai bahasa tersebut. Dengan kata lain, kosakata umum adalah kata-kata umum yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Di samping itu, kosakata umum bermakna umum dan dipahami secara luas sehingga sering digunakan dalam berkomunikasi. Penguasaan kosakata umum dapat dilakukan melalui kamus umum. Makna khusus adalah kata yang memiliki makna khusus. Kosakata ini digunakan dalam bidang ilmu atau lingkungan tertentu. Penguasaan kosakata khusus dapat dilakukan melalui kamus bidang ilmu tertentu. Contoh berikut menampakkan perbedaan antara kosakata umum dan khusus, kata burung memiliki makna umum karena memiliki makna yang luas, belum ada spesifikasi jenis apa. Namun, kalau kita menyebutkan, misalnya merpati, beo, dan cendrawasih, kata-kata tersebut termasuk kosakata khusus karena sudah mengacu pada satu jenis burung.
·         Arti Definisi / Pengertian Makna Umum
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan buah-buahan segar
- Tukang palak itu sering memalak kendaraan umum yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya harta
·        Arti Definisi / Pengertian Makna Khusus
Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan apam Barabai
- Tukang palak itu sering memalak taksi kuning yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya rumah

Makna Konkret dan Abstrak
Kata konkret adalah kata yang acuannya nyata atau dapat dicerap oleh pancaindera,misalnya buku, rumah,dan dingin. Kata-kata tersebut dapat dirasakan keberadaannya melalui indera kita. Kata abstrak adalah kata yangacuannya tidak dapat dicerap oleh panca indera, misalnya demokrasi, reformasi, dan karunia. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasanyang rumit. Di samping itu, kata abstrak dapat membedakan gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, dalam karangan ilmiah senantiasa digunakan kata konkret untuk menghindari acuan yang samar dan tidak cermat.

EMPAT JENIS PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter dalam satuan pendidikan meliputi pembelajaran di kelas, kegiatan sehari-hari di sekolah (kultur sekolah), dan kegiatan...