MAKNA KATA
Pengertian Makna Kata
Kata sebagai satuan dari
perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau
ekspresi dan aspek isi makna Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat
diserap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat.
Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam
pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. Pada waktu
orang berteriak ‘’Maling’’ timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa ‘’ada
seseorang telah berusaha untuk mencuri barang milik orang lain’’. Jadi bentuk
atau ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan orang tadi, sedangkan makna
atau isi adalah ‘’reaksi yang timbul pada orang yang mendengar’’.
Reaksi yang timbul itu dapat
berwujud ‘’pengertian’’ atau ‘’tindakan’’ atau kedua-duanya . Karena dalam
nerkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan ‘’kata’’, tetapi dengan suatu
rangkaian kata yang mendukung suatu amanat, maka ada beberapa unsur yang
terkandung dalam ujaran kita yaitu: pengertian, perasaan, nada, dan tujuan.
Pengertain merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada
pendengar atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu. Perasaan lebih
mengarah kepada sikap pembicara terhadap apa yang dikatakannya, bertalian
dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pembicara atau penulis. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya. Pembaca
atau pendengar yang berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara
menyampaikan amanat itu. Relasi antara pembicara atau penulis dengan pendengar
atau pembaca akan melahirkan nada suatu ujaran. Sedangkan tujuan yaitu efek
yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis. Memahami semua hal itu dalam
seluruh konteks adalah bagian dari seluruh usaha untuk memahami makna dalam
komunikasi. Bahwa makna adalah
pertalian antara bentuk dan referen. Ketika seorang ditanyai apa arti kata
nares ia menjawab ‘’ Tidak tahu!’’ Padanya diberi atau ditunjuk sejumlah barang
(referen): hidung, matahari, gunung, dan telinga. Ia tidak tahu artinya tidak lain daripada bahwa ‘’ia tidak sanggup
menunjukkan hubungan antara nares dengan salah satu dari barang-barang
itu.’’ Untuk membantunya mengetahui
makna kata itu, kita menunjukkan kepadanya salah satu dari keempat barang yang
digambarkan yaitu barang no 1. Nah, sekarang ‘’ia mengetahui makna kata itu’’,
yaitu nares berarti ‘’hidung’’ dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa seorang yang mengetahui sebuah referen (barangnya) tetapi tidak
tahu bagaimana mengacunya, ia tidak tahu katanya. Tetapi kebalikannya juga
benar, kalau ia mengetahui katanya (bentuk), tetapi tidak tahu referennya
bererti ia tidak mengetahui maknyanya juga, yaitu tidak mengetahui hubungan
antara bentuk dan referennya. Mengetahui sebuah kata haruslah mengetahui kedua
aspeknya: bentuk (kata) dan referennya.
Makna Denotasi dan
Konotasi
Makna denotasi
Makna denotatif disebut juga dengan beberapa
istilah lain seperti: makna denotasioal, makna kognitif, makna konseptual,
makna ideasional, makna referensial, atau makna profisisional. Disebut makna
denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu
menunjuk ( denote ) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu
referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran
atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak
pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat diserap pancaindra (kesadaran) dan
rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposional karena ia bertalian
dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual.
Makna ini, yang dicu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar
pada suatu kata.
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif
dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan
informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan
berkecenderungan unutuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab
pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya; ia
tidak menginginkan interpretasi tambahan dari tiap pembaca, dan tidak akan
membiarkan interpretasi itu dengan memilih kata-kata yang konotattif. Sebab itu
untuk menghindari interpretasi yang mungkin timbul, penulis akan berusaha
memilih kata dan konteks yang relatif bebas interpretasi.
Contoh :
Rumah itu luasnya 250 meter
persegi (denotatif)
Ada seribu oarng yang
menghadiri pertemuan itu (denotatif)
Karena setiap kata memiliki
denotasi, maka penulis harus mempersoalkan apakah kata yang dipilinya sudah
tepat. Ketepatan pilihan kata itu tampak dari kesanggupannya untuk menuntun
pembaca kepada gagasan yang ingin disampaikan, yang tidak memungkinkan interpretasi
lain selain dari sikap pembicara dan gagasan-gagasan yang akan itu.
Makna konotatif
Konotatif atau makna konotasional, makna
emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana
stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian
terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju - tidak setuju,
senang – tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata
yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang
sama.
Konotasi adalah masalah yang
jauh lebih erat bila dibandingkan dengan memilih denotasi. Oleh karena itu,
pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan kata yang
bersifat konotatif. Bila sebuah kata
mengndung konotasi yang salah, misalnya kurus-kering untuk menggantikan kata
ramping adalah dalam sebuah konteks yang saling melengkapi, maka kesalahan
semacam itu mudah diketahui dan diperbaiki. Sangat sulit adalah perbedaan makna
antara kata-kata yang bersinonim, tetapi mugkin mempunyai perbedaan arti besar
dalam konteks tertentu.
Sering sinonim dianggap
berbeda hanya dalam konotasinya. Kenyataannya tidak selalu demikian. Ada
sinonim-sinonim yang memang hanya mempunyai makna denotatif, tetapi ada juga
sinonim yang mempunyai makna konotatif. Misalnya kata mati, meninggal, wafat,
gugur, mangkat, berpulang memiliki denotasi yang sama yaitu ‘’peristiwa dimana
jiwa seseorang telah meninggal badannya’’. Namun kata meninggal, wafat,
berpulang mempunyai konotasi tertentu, yaitu mengndung nilai kesopanan atau
dianggap lebih sopan, sedangkan magkat mempunyai konotasi lain yitu mengndung
nilai ‘’kebesaran’’, dan gugur mengndung nilai keagungan dan keluhuran.
Sebaliknya kata persekot, uang muka, atau panjar hanya mengndung makna
denotatif.
Konotasi pada dasarnya timbul
karena masalah hubungan sosial atau hubungan interpersonal, yang mempertalikan
kita dengan orang lain. Sebab itu, bahasa manusia tidak hanya menyangkut
masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya. Ada beberapa cara yang
memperlihatkan bahwa bahasa bukan semata-mata menjadi alat untuk menyampaikan
informasi aktual.
a. Kita
tidak hanya membuat pernyataan (proposisi), tetapi juga mengajukan pertanyaan
dan memberi perintah. Contoh: Namamu siapa?, Tolong ambil buku itu !
b. Ada
bermacam-macam kegiatan bicara, yang berusaha meyakinkan, membujuk,
mengingatkan orang lain; kita mempergunakan bahsa untuk mempengaruhi orang lain
dengan bermacam-macam cara. Contoh: Saya berjanji akan datang esok, Pasti saya
akan kesini besok.
c. Banyak
hal yang kita katakan sebenarnya bukan menyangkut fakta tetapi menyangkut
evaluasi, sehingga dapat mempengaruhi sikap orang. Ada kata yang memantulkan
nilai rasa menyenangkan dan ada kata
yang memantulakan nilai rasa tidak menyenangkan. Contoh: berani – pengecut,
baik – kejam.
d. Bahasa
sering bertalian dengan macam-macam relasi sosial. Ada kata yang dianggap kasar
dan ada kata yang dianggap sopan. Contoh: Diam !, Minta tenang sedikit !.
e. Sering
kali terjadi bahwa apa yang dikatakan bermakna lain sekali dari makna yang
tersirat dalam rangkaian kata yang dipergunakan. Dalam hal ini peranan intonasi
dapat mengubah makna sebuah kalimat. Contoh: Anda memang sangat pintar!, Dia
seorang gadis cantik!, yang sebenarnya dimaksudkan adalah Anda sangat tolol!,
Dia seorang gadis jelek!.
f. Sering
kali kita tidak menghadapi suatu pernyataan tetati suatu pengandaian, yaitu
mengandaikan bahwa seseatu itu ada atau terjadi. Contoh: Seandainya ayah ada
disini, kita akan sama-sama berlibur ke Puncak. Dalam kenyataan memang ayah
tidak ada, sebab itu kalimat diatas juga
tidak mengandung makna seperti yang tersirat dalam rangkaian kata-kata itu.
Semua faktor sebagai
disebutkan diatas akhirnya memberikan pengaruh dalam pergeseran makna kata,
memberikan nilai-nilai tambahan pada makna dasar yang dimiliki sebuah kata.
Makna Umum dan Khusus
Makna umum dipahami
sebagai kata yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat pemakai bahasa
tersebut. Dengan kata lain, kosakata umum adalah kata-kata umum yang digunakan
dalam berbagai bidang ilmu. Di samping itu, kosakata umum bermakna umum dan
dipahami secara luas sehingga sering digunakan dalam berkomunikasi. Penguasaan
kosakata umum dapat dilakukan melalui kamus umum. Makna khusus adalah kata yang
memiliki makna khusus. Kosakata ini digunakan dalam bidang ilmu atau lingkungan
tertentu. Penguasaan kosakata khusus dapat dilakukan melalui kamus bidang ilmu
tertentu. Contoh berikut menampakkan perbedaan antara kosakata umum dan khusus,
kata burung memiliki makna umum karena memiliki makna yang luas, belum ada
spesifikasi jenis apa. Namun, kalau kita menyebutkan, misalnya merpati, beo,
dan cendrawasih, kata-kata tersebut termasuk kosakata khusus karena sudah
mengacu pada satu jenis burung.
·
Arti
Definisi / Pengertian Makna Umum
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan buah-buahan segar
- Tukang palak itu sering memalak kendaraan umum yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya harta
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan buah-buahan segar
- Tukang palak itu sering memalak kendaraan umum yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya harta
· Arti Definisi / Pengertian Makna Khusus
Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan apam Barabai
- Tukang palak itu sering memalak taksi kuning yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya rumah
Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan apam Barabai
- Tukang palak itu sering memalak taksi kuning yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya rumah
Makna Konkret dan
Abstrak
Kata konkret adalah
kata yang acuannya nyata atau dapat dicerap oleh pancaindera,misalnya buku,
rumah,dan dingin. Kata-kata tersebut dapat dirasakan keberadaannya
melalui indera kita. Kata abstrak adalah kata yangacuannya tidak dapat dicerap
oleh panca indera, misalnya demokrasi, reformasi, dan karunia. Kata abstrak
digunakan untuk mengungkapkan gagasanyang rumit. Di samping itu, kata abstrak
dapat membedakan gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, dalam
karangan ilmiah senantiasa digunakan kata konkret untuk menghindari acuan yang
samar dan tidak cermat.