Kamis, 16 Juli 2020

EMPAT JENIS PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter dalam satuan pendidikan meliputi pembelajaran di kelas, kegiatan sehari-hari di sekolah (kultur sekolah), dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidikan karakter dalam satuan pendidikan formal perlu didukung oleh kegiatan sehari-hari di rumah dan di masyarakat.

Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih menitikberatkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau perilaku manusia atau apakah perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, atau benar atau salah. Sebaliknya, etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana keduanya (baik dan buruk) itu ada.

Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Ada empat jenis pendidikan karakter yang  selama  ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan:

  • Pendidikan  karakter  berbasis  religius,  yang  merupakan  kebenaran wahyu Tuhan.
  • Pendidikan  karakter  berbasis  nilai  budaya,  antara  lain  yang berupa budi  pekerti,  pancasila, apresiasi  sastra,  keteladanan  tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa.
  • Pendidkan  karakter  berbasis  lingkungan,  yaitu  pendidikan  karakter yang  dalam  penanaman  nilai-nilainya  bersumber  dari  alam  yang bertujuan agar bisa lebih menghargai alam atau lingkungan.
  • Pendidikan  berbasis  potensi  diri,  yaitu  sikap  pribadi,  hasil  proses kesadaran  pemberdayaan  potensi  diri  yang 


Sumber Kutipan :

Damiyati Zuchdi, et al., Model Pendidikan Karakter. (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2013), h. 25.


 

Sabtu, 18 April 2020

SUDAH TEPATKAH PEMBELAJARAN JARAK JAUH?


Zaman sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa dipungkiri. Bahkan, hampir semua bidang sudah didukung dengan kemudahan teknologi. Salah satunya bidang pendidikan. Musim pandemi virus covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia sangat membuat miris. Tak terkecuali di Indonesia. Hampir seluruh sektor mengalami kendala dikarenakan penyebaran virus ini. Virus yang membuat ribuan manusia dunia meninggal dunia. Social atau phsycal distancing dikampanyekan. Pembatasan jarak sosial tentu saja menjadi opsi terbaik di tengah penyebaran pandemi virus covid-19 atau yang dikenal virus corona. 
Dalam bidang pendidikan, tentu saja pembatasan jarak akan sangat menjadi kendala dikarenakan proses kegiatan belajar mengajar kita dengan konsep tatap muka dan interaksi aktif antar siswa. Apalagi dalam kurikulum 2013 pada sekolah dan kurikulum berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang dianut pada perguruan tinggi mengharuskan aktif dalam pola pembelajaran aktif dan terintegrasi dengan visi misi yang dipegang oleh pihak kampus. Opsi kebijakan pembelajaran jarak jauh tentu saja hal yang paling realistis di tengah pandemi virus corona. Yang menjadi permasalahan adalah apakah kita baik sebagai dosen atau mahasiswa sudah siap dengan pembelajaran jarak jauh? Memang yang menjadi kendala utama di kampus-kampus yang berada di daerah adalah kendala akses jaringan yang tidak terlalu bagus. Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan dalam menyikapi kendala ini? di samping kita juga tidak bisa tutup mata terhadap kemajuan teknologi.

Senin, 11 Maret 2019

PENELITIAN PENDIDIKAN

PENELITIAN PENDIDIKAN
Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
Penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat ciri penelitian ilmiah, yaitu:
1)             Sistematik
Sistematik berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan pola dan kaidah yang benar.
2)             Logik
Suatu penelitian ilmiah harus logik, yaitu dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.
3)             Empirik
Empirisme menjadi karakteristik suatu penelitian ilmiah yang menekankan unsur yang berasal dari kesan indrawi
4)             Replikatif
Suatu penelitian yang pernah dilaksanakan harus dapat diuji kembali oleh peneliti lain dan memberikan hasil yang sama apabila dengan metode, kriteria dan kondisi yang sama.
Penelitian pendidikan merupakan suatu kegiatan yang diarahkan kepada pengembangan pengetahuan ilmiah tentang kejadian-kejadian yang menarik perhatian pendidikan.
Tujuan penelitian pendidikan sebagai berikut:
1)      Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah
2)        Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3)          Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan
4)        Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
Indikator dalam menentukan masalah pada penelitian pendidikan
1)          Apabila  sesuatu,  peristiwa,  atau  fenomena  yang  terjadi  menimbulkan  keragu-raguan atau ketidakpastian.
2)         Apabila  terjadi  kesenjangan antara  harapan  (sesuatu  yang  diinginkan,  yang bersifat dassolen) tentang sesuatu dengan kenyataan (dassein).
3)     Apabila cara-cara berpikir yang berbeda menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berlawanan.
4)       Apabila terjadi peristiwa-peristiwa  yang mengancam (seperti  epidemi, banjir, longsor, dekadensi moral, dll).

Adapun masalah-masalah pendidikan yang potensial dapat menjadi objek penelitian adalah: 
a)      komponen  raw  input  (karakteristik  pribadi  peserta  didik,  siswa, mahasiswa, seperti: kecerdasan, motivasi belajar, kemampuan berkonsentrasi dalam belajar,  kebiasaan  belajar,  dan  sikap  belajar).
b)         komponen  instrumental  input (seperti  karakteristik  pribadi  guru,  kurikulum  dan  sumber  belajar).
c)       environmental  input  (seperti  iklim  lingkungan  keluarga,  lingkungan  sekolah, kelompok teman sebaya, kehidupan beragama, fasilitas pembelajaran, dan kondisi kehidupan social-ekonomi-politik).
d)   komponen proses (seperti kualitas interaksi guru-siswa,  penerapan  metode-metode  pembelajaran,  dan  pemanfaatan  teknologi pendidikan  dalam  pembelajaran);, dan  komponen  output  (seperti  kualitas  indek prestasi belajar, kualitas sikap dan prilaku dan keterampilan/kecakapan).

EMPAT JENIS PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter dalam satuan pendidikan meliputi pembelajaran di kelas, kegiatan sehari-hari di sekolah (kultur sekolah), dan kegiatan...